memasuki halaman sekolah. tujuanku tak lain seperti biasa mengasingkan diri dari hiruk pikuk para siswa yang lagi menikmati kebiasaan mereka...
memasuki halaman sekolah. tujuanku tak lain seperti biasa mengasingkan diri dari hiruk pikuk para siswa yang lagi menikmati kebiasaan mereka membual. Kupercepat langkahku menuju lapangan sepak bola yang berada dibelakang sekolahku. Sampai disana aku terkejut ternyata seorang putri cantik nan aduhai sudah duduk ditempat favoritku. Rupanya ada orang yang telah menyembunyikan selendang bidadari ini sehingga ia tak bisa lagi terbang pulang kekayangan.
Belum selesai aku menebak-nebak sang bidadari menoleh kearahku. Aku terperangah iyen tersenyum manis. sepertinya ia mengetahui kalau aku pasti akan duduk disitu hari ini. Aku masih berdiri menenangkan perasaanku, dan tanpa aku duga iyen dengan gerakan yang sangat lembut menarik tanganku untuk duduk disampingnya.
”kenapa melamun”. Katanya penuh semangat. Ia tersenyum seperti mengandung arti: aku sudah dari tadi menunggumu. Mungkin itu maksud senyumnya.
”tidak, aku cuma berpikir ternyata susah juga jadi wanita cantik sepertimu”. Iyen mengernyitkan wajahnya, tampak jelas ia penasaran dan pasti akan bertanya.
”susahnya bagaimana”.
”susahnya kau dengan terpaksa harus bersembunyi disini menghindari penggemar-penggemarmu”. Lanjutku. Sekarang air mukanya kembali normal. Sebenarnya aku hanya ingin mengetahui alasan ia sering duduk disini. Dan siapa tahu hanya untuk menemuiku semata.
Iyen memalingkan wajahnya memandang jauh kelapangan nan luas. Aku tegang mengantisipasi jawabannya. seandainya jawabannya sering kesini hanya untuk menemuiku, aku akan menggratiskan seluruh penumpang yang naik mobil angkotku sehari penuh. Dan kurasa itu belum seberapa jika dibandingkan dengan kecantikan iyen. siapapun termasuk aku jika ditawarinya kawin rela putus sekolah menjadi kuli seumur hidup meskipun lembur siang malam.
Iyen melirikku dengan tersenyum nakal, membuatku semakin gugup saja.
”ada sesuatu yang membuatku senang berada disini dan aku tak sanggup untuk melawannya”. Ungkapnya dengan menarik nafas dalam-dalam. Aku tertegun menekuri ucapannya, mungkinkah akulah alasannya, atau ia memang ingin menikmati suasana hening disini. Aku ingin bertanya tentang sesuatu yang membuatnya ingin selalu berada disini. Tapi biarlah mungkin suatu saat nanti aku akan menanyakan padanya.
Sejenak kami terdiam tak berkata apapun, burung-burung kecil yang berada ditengah lapangan saling kejar mengejar, nampaknya mereka berbahagia hari ini, bersuka cita merayakan kebebasan bisa terbang kemanapun mereka suka. Burung-burung itu baru terbebas dari masa kanak-kanak dan mulai belajar terbang, seolah dunia menyambut mereka dengan penuh damai.
Seandainya aku bisa terbang mungkin aku akan membawa iyen terbang tinggi jauh keangkasa. Melintasi samudra nan luas menuju ujung barat pulau jawa di sepanjang pantai anyer. Aku sering melihat keindahan tempat itu melalui televisi. Dan tak dapat dibayangkan seandainya kami berdua berada disana bergandengan tangan menyusuri pasir putih yang sekali-kali basah oleh sisa-sisa gelombang laut sepanjang pantai anyer. Aku yakin suatu saat nanti entah kapan aku pasti akan kesana. Dan jika saat itu iyen tak bersamaku, tak mengapa karena setidaknya aku telah menemukan bayangannya disini.
Samar-samar namun semakin jelas wajah iyen menatapku heran, ia telah membuayrkan lamunanku. Aku jadi malu disampingnya, rupanya sudah dari tadi ia memperhatikanku yang tersenyum-senyum sendiri.
”oh...maaf aku jadi melamun”.
”kau melamunkan apa”. Katanya seakan tak percaya jika ada pria yang lebih memilih melamun disampingnya dibanding berbicara dengannya. tak tahu harus menjawab apa, tak mungkin aku harus berkata jujur dengan mengatakan kalau dalam lamunanku aku telah membawanya kepantai anyer, Yang jaraknya ratusan kilo meter dari tempatku ini pulau sulawesi. Terpaksa aku membohonginya meskipun tak tega.
”aku teringat akan kadua adiku entah bagaimana wajah mereka sekarang”. Lirihku pelan. Mengatakan itu aku langsung teringat akan keluargaku, aku sangat merindukan mereka. Sudah bertahun-tahun tak bertemu. Iyen mengetahui kesedihanku dan berusaha menghiburku.
”sudahlah jangan sedih, serahkan semuanya sama yang diatas”. Iyen berkata dengan sangat lembut membuat hatiku menjadi sejuk.
Tiba-tiba, tak tahu dari mana, terdengar suara cekikan sambil berkata.
”sory kawan kami tak mau ikut campur dengan urusan kalian, lagi pula urusan ini terlalu berat untuk diserahkan kepada kami”. Aku dan iyen terperanjat menoleh kiri kanan tak ada siapa-siapa. Namun semakin jelas suara tertawa berasal dari atas. Kami menoleh, isron dan ismet seperti monyet sirkus bergelantungan dibalik jendela kelas. Kurang ajar sekali berani mengganggu kesenangan orang. Mereka memandangku seakan tak percaya jika yang bersama iyen adalah aku.
Belum puas, mereka memandangku dari ujung rambut sampai ujung kaki seperti bertanya dukun mana yang telah aku kunjungi.
”Dunia memang tak adil”. Kata isron pelan tak percaya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Iyen langsung menarik tanganku meninggalkan isron dan ismet yang masih terpaku tak habis pikir melihat iyen bersamaku. Aku berusaha melepaskan genggaman tangannya. Ia tak peduli dan terus menarikku.
”tunggu dulu kau mau mengajakku kemana”. tak mengerti apa yang akan ia lakukan kepadaku
”aku akan mentraktirmu makan”. Katanya setengah memaksa.
”iyen tunggu dulu, sadarkah kau dengan apa yang kau lakukan, lepaskan tanganmu, nanti mereka mengira kita pacaran”.
”biar saja malah lebih bagus”. Bukan melepaskannya ia malah menggandeng tanganku dengan mesra. Untung saja tak ada siapa-siapa disitu selain isron dan ismet-yang nampak kesulitan berusaha mengeluarkan kepala mereka-diantara terali jendela kelas yang sempit.
”iyen tolonglah kali ini jangan dulu, aku janji nanti kapan-kapan aku mau makan bersamamu”. Aku memohon. Ia kelihatan ragu dan akhirnya mengalah juga.
”baiklah aku pegang janjimu”. Katanya sedikit kecewa. Aku tak membiarkan kesempatan itu dan langsung meninggalkan iyen yang tak sempat berkata apa-apa sebab aku langsung kabur mengambil lankah seribu.
Saat berlari aku tak merasakan bobot tubuhku. Langkahku terasa ringan. Cinta telah menciptakan tenaga dasyat dalam diriku. Mengalir keseluruh pembulu darahku. Belum pernah aku merasakan bahagia seperti ini. rasa bahagia yang membuat aku ingin berlari dan terus berlari ketempat-tempat yang aku mau. Karena hari ini tak terduga sama sekali, cinta telah menyergapku dibelakang sekolah.
Dari depan sekolah aku naik angkot keterminal kota. Sampai disana aku berlari menuju jalur mobil angkot jurusan suwawa. Suwawa adalah kecamatan yang menjadi akhir tujuan mobil yang sering aku bawa, setelah melewati tempat tinggalku kecamatan kabila.
Kulihat mobil pamanku berada disana. Tapi aneh, dalam pandanganku mobil reot pamanku itu perlahan-lahan berubah menjadi sangat indah memukau. Suara sumbang para calo yang berteriak-teriak memanggil penumpang terdengar sangat merdu. Ah mungkin ini yang disebut mabuk kepayang karna cinta. Yang membuat semuanya menjadi baik.
Kutatap pamanku dengan senyum terbaik - ia membalas dengan pandangan aneh. Lalu kubuka pintu mobil mempersilahkan ia keluar dari belakang kemudi. Semua kulakukan dengan gerakan yang sangat terjaga santun dan berwibawa. Saat turun dari mobil pamanku terus memperhatikan wajahku. Aku menduka mungkin ia heran melihat sikapku yang lain dari pada biasanya. Tak masuk akal, memang kadang-kadang cinta tak masuk akal.
Hari ini aku ingin mengantar para penumpang yang naik dalam mobilku kemanapun mereka inginkan. Aku ingin mengantar mereka ketempat-tempat dimana saja didunia ini. sebab hari ini aku lagi bersuka cita. Udara panas dan pengap didalm mobil akibat terik panas matahari tak membuat aku beranjak dari tempat dudukku. Karena aku tak merasakan itu semua.
Para calo yang sibuk berteriak-teriak memanggil penumpang sempat berhenti sejenak memandangku heran. Biasanya saat mobilku menunggu antrian, aku keluar bergabung dengan sopir-sopir lainnya yang asik duduk diwarung kopi. Sekarang mereka bergantian mendekatiku yang asik saja bermandi keringat kepanasan didalam mobil. Satu kesan yang tersirat dari pandangan mereka yaitu kasihan si dedi ia telah menjadi sinting.
satu yang tidak mereka perhitungkan yaitu kekuatan cinta, dapat melipat gandakan kemampuan seseorang, dapat merubah suasana hati menjadi bahagia meskipun dalam situasi yang paling menjengkelkan, dapat merubah penglihatan menjadi indah sekalipun sedang melihat hantu.
OOO
COMMENTS