Iton semakin berambisi untuk mendapakan iyen. Setiap harinya ia selalu berkunjung kekantin tempat iyen makan. sutradaranya tentu saja tak la...
Iton semakin berambisi untuk mendapakan iyen. Setiap harinya ia selalu berkunjung kekantin tempat iyen makan. sutradaranya tentu saja tak lain adalah alun yang memang sejak dulu menginginkan mereka berdua jadian. Sebaliknya aku semakin berusaha menghindari iyen. Saat tak sengaja bertemu dengannya diselasar kelas aku langsung mencari alasan untuk menghindarinya. Namun pada saat istirahat sekolah ketika aku berada ditempat yang sering aku kunjungi yaitu belakang sekolah, iyen menyergapku dengan putus asa.
”baiklah jika kau menginginkan aku menerima iton, aku akan melakukannya. Tapi semoga saja kau tidak akan menyesal dengan keputusanku ini”. Kata iyen dengan suara berap-api. Setelah mengatakan itu iyen pergi meninggalkanku, ada kilatan kemarahan yang tersirat dari wajahnya. Semacam keputusan yang terpaksa dilakukan. Tapi aku merasakan ada sebagian hatiku menginginkan itu. Namun bagian lainnya tak mengharapkan itu terjadi.
Aku tahu iyen tidak akan pernah main-main dengan kata-katanya. benar saja beberapa hari kemudian sekolah menjadi gempar. Persaingan untuk mendapatkan iyen berhenti seketika. Iyen telah menetapkan pilihan hatinya. Para pesaing lainnya langsung ciut nyalinya ketika melihat iton dan iyen bergandengan tangan setiap harinya menuju kantin sekolah. Sedangkan aku yang menyaksikan kejadian itu, merasakan ada sesuatu perasaan cemburu didalam hatiku. Aku tak bisa menghindari perasaan itu. Dan setiap harinya iton selalu memaksaku untuk makan bersama mereka dikantin sekolah.
Didepanku iyen dan iton mengumbar kemesraan. Jujur saja aku hanyalah manusia biasa yang mempunyai perasaan. Aku berusaha menguatkan hatiku. Meskipun sekuat apapun berusaha, tetap saja hatiku merasakan sakit saat melihat didepan mataku sendiri iyen dengan sengaja memeluk iton. Dan aku tahu iyen mengetahui itu. Karena ia sering melayangkan pandangan kearahku seolah mengatakan ”maaf, aku tak bermaksut menyakitimu, kau yang telah memutuskan ini semua”. Mungkin demikian arti pandangan iyen.
Setiap kali berada didekat mereka, ada semacam perasaan sakit yang diam-diam menyelinap masuk kedalam hatiku. Iton memperhatikan aku.
”ada apa denganmu, kau sakit”. Tanya iton. Aku hanya menggeleng pedih. sadar, aku tak bisa lama berada bersama mereka.
”iton maaf, aku harus kekamar kecil dulu”. Alasanku kepada mereka. Iyen terus memandangku semakin membuat hatiku perih.
Aku kembali menuju ketempat biasa, tempat yang pernah membuat aku merasakan cinta yang begitu indah. Namun kini cinta yang begitu indah itu pergi meninggalkan aku sendirian. Dibelakang sekolah ini aku terpaku, dadakku sesak menanggung perasaan sakit tak tertahankan. Aku merasakan ada sesuatu yang telah hilang dalam kehidupanku, yang diam-diam perasaan itu berubah menjadi kehampaan yang semakin menguasai ruang didalam hatiku. Ingin sekali aku menumpahkan semua perasaan pedih ini, namun aku tak tahu harus pada siapa. Tak sadar aku kembali menangis. Aku telah dihianati oleh cinta yang dulu begitu indah tak terperi.
Setelah beberapa jam lamanya merenung, aku menemukan keputusan untuk tetap membulatkan tekatku harus bisa melupakannya. Aku mulai mempersiapkan diriku intuk menghadapi ujian akhir sekolah. Setiap harinya aku belajar dengan sungguh-sungguh. Dimanapun aku berada aku selalu membaca, saat menunggu antrian penumpang dijalur aku terus membaca. Saat dirumah, waktu stirahat sekolah, dan setiap ada kesempatan aku terus membaca.
Namun disaat aku perlahan-lahan sudah mulai melupakan iyen, godaan kembali menerjangku. Awalnya saat aku untuk terakhir kalinya mengambil penumpang pada jam sepuluh malam, aku tak mengetahui saat itulah iyen naik kedalam mobilku. tak menduga sama sekali jika seorang penumpang yang duduk di kursi paling belakang itu adalah wanita yang pernah membuat aku merasa menjadi laki-laki sejati, yang pernah membuat aku menjadi sangat berarti. Dan pernah juga membuat hatiku jungkir balik menanggung cinta yang begitu indah memukau.
COMMENTS