Ketika mendengar berita itu, saya pun ternganga..."Yang benar?" kata saya pada si pembawa berita. Birulaut yang selama ini me...
Ketika mendengar berita itu, saya pun ternganga..."Yang benar?" kata saya pada si pembawa berita.
Birulaut yang selama ini menjadi penghubung antara saya, dan teman2 FLP dengan Forum Pengajian Subuh (FOJIS.) yang mengelola langsung rumah cahaya Penjaringan, tertawa, "Bener!" ujarnya menegaskan.
Ahh, luar biasa! Begitu mendengarnya saya pun tahu, saya harus menuliskan kisah ini, dan membaginya pada banyak orang.Adalah seorang ayah yang resah karena memikirkan putranya. Sang Ayah yang merupakan salah satu aktivis pengajian tiap kamis yang digelar FOJIS memiliki sebuah keinginan, namun ragu untuk mengungkapkannya.
Siapa hendak membantu? Permasalahan ini terlalu pribadi untuk merepotkan banyak orang, barangkali begitu pikir Sang Ayah. Tapi lagi, ia benar2 terbentur dana.
Begitulah, akhirnya suatu malam, lelaki berusia paro baya itu pun mengungkapkan keinginannya kepada teman-teman pengurus rumah cahaya penjaringan? Seraya dalam hati menimbang-nimbang, ragu... apakah mereka akan mengizinkan?
Pengurus rumah cahaya penjaringan memang hanya orang-orang sederhana, yang sering kali terbentur pada keterbatasan. Tetapi mereka memiliki hati yang begitu lapang, terhadap sebuah niat baik.
"Kami akan bantu!"
Kalimat dari teman2 FOJIS sungguh melegakan sekaligus menyelesaikan dilema sang ayah.
Dan pagi itu, Jumat 23 Agustus 2005, rumah cahaya mungil kami, itu pun menjadi saksi sebuah peristiwa yang berbeda dari kegiatan2 sebelumnya. Bukan pengajian, bukan latihan marawis, bukan pula tabligh akbar.
Semua berlangsung cepat, dan khidmat, dipandu Abah. Tidak ada perhelatan megah atau hidangan mewah, kecuali satu dua macam kue basah.
pagi itu, tepat pukul sembilan, rumah cahaya telah mendapat berkah yang lain: Menjadi tempat pernikahan Suryadi (21 th) dan Dwidarmi (26 th).*
COMMENTS