OLEH: AGUNG PRIBADI Teman-teman penulis pemula suka merasa kecil hati ketika tulisannya sedikit yg like, komentar, atau share. Padahal ...
OLEH: AGUNG PRIBADI
Teman-teman penulis pemula suka merasa kecil hati ketika tulisannya sedikit yg like, komentar, atau share. Padahal bisa jadi salah satu sebabnya belum menemukan momentum.
Seperti tulisan yani koernia berikut inihttps://www.facebook.com/groups/KomunitasBisaMenulis/permalink/788219434573283/ketika pertama diposting yang like sedikit, yang komentar sedikit, yang share sedikit. Tulisan ini tentang kesabaran menunggu jodoh, bersyukur dan berprasangka baik kepada Allah.
Tapi tulisan ini dibaca saya dan menurut Pak Isa Alamsyah (penulis buku No Excuse, pendiri komunitas bisa menulis) ingatan saya kuat. Satu tahun tiga bulan kemudian, kesabaran Yani Koernia berbuah hasil dan diapun menikah.
Saya ingat tulisan itu dan saya share. Tenyata ketika tulisan ini saya buat yang komentar 140 yang share 26 yang like 200 lebih. Tulisan ini menemukan momentumnya.
Robert Kyosaki juga ketika menulis buku empat kuadran itu tidak ada yang beli, dicetaknya pun hanya sedikit (tidak sampai 20 exp), sistem self publishing dan dijual di pombensin. Tapi kemudian ada pemeilik penerbitan yang beli, kemudian menerbitkan. Ternyata buku itu bukan hanya menjadi best seller dunia tapi menjadi pegangan banyka sekali leader-leader Multi Level Marketing yang sukses.
Machiavelli juga menulis buku. semasa dia hidup buku ini tidak sempat diterbitkan. Tapi kemudian buku ini dibaca Hitler yang membantai 22 juta orang, Stalin yang membantai 20 juta orang lebih Mao Tse Tung membantai puluhan juta orang, Charles Darwin yang menyebabkan penjajahan dan pembantaian puluhan juga orang oleh Negara-negara penjajah. Buku ini menemukan momentumnya.
Saya tidak menganjurtkan menulis buku yang buruk seperti Machiavelli. Saya Cuma ingin menegaskan orang baik hendaknya menulis. Mungkin buku itu tidak ada yang baca sekarang. Tapi siapa tahu ketika kita meninggal buku ini dibaca oleh seorang pembaharu agama dan mengubah dunia kea rah yang lebih baik. Mungkin saat ini Sang Pembaharu itu berada di Panti Asuhan, Rumah Yatim, Rumah Tahfiz, Pesantren, dan lain sebagainya.
Wallahu A”lam BIsh Shawab
COMMENTS