OLEH: AGUNG PRIBADI Prof. Dr. Muhammad Ali Gharishah, seorang ahli hukum anggota IKhwanul Musliminn Mesir pernah disiksa habis-habisan ...
OLEH: AGUNG PRIBADI
Prof. Dr. Muhammad Ali Gharishah, seorang ahli hukum anggota IKhwanul Musliminn Mesir pernah disiksa habis-habisan di penjara Rezim sekuler Mesir pimpinan Gamal Abdun Naser. Setiap hari ia merasakan banyak sekali cambukan menggunakan pecut.
Iapun mengalami setruman. Ia mengalami digebukin aparat di penjara. Ia juga mengalami direndam di air yang sangat dingin semalaman, berkali-kali. Pendek kata sebuah kehidupan yang sangat menderita.
Ia disiksa karena mempertahankan keyakinannya memperjuangkan syariat Islam di Mesir.
Ketika ia ditanya apakah yang dialaminya ini adalah musibah atau penderitaan?
Ia berkata, “Justru sekarang saya baru yakin bahwa yang saya perjuangkan adalah benar. Inilah jalan para Nabi. Iman saya justru semakin kuat. Ini bukan musibah, ini bukan penderitaan. Inilah nikmat Allah buat mengajarkan saya akan artinya iman. Baru sekarang saya merasakan manisnya iman. Baru sekarang saya merasakan indahnya hidup di bawah naungan Al Qur-an”.
Subhanallah. Teman-teman sekalian apapun penderitaan yang kita alami belum seberapa dengan yang dialami Sang Profesor. Tapi galau kita melebihi beliau.
Kita paling hanya diolok-olok. Kita paling hanya belum dapat jodoh. Kita paling hanya belum mendapat pekerjaan. Kita paling hanya miskin. Kita tidak disiksa dan dipaksa menkinggalkan keyakinan kita.
Lagipula yang kita sebut penderitaan belum tentu penderitaan bias jadi itu sebuah cara supaya kita semakin mendekatkan diri kepada Allah. Sebuah cara supaya kita makin kenceng sholat berjamaahnya. Makin kenceng tahajjudnya, Dhuha nya. Sedekahnya.
Wallahu A’lam Bish Shawab.
Ia disiksa karena mempertahankan keyakinannya memperjuangkan syariat Islam di Mesir.
Ketika ia ditanya apakah yang dialaminya ini adalah musibah atau penderitaan?
Ia berkata, “Justru sekarang saya baru yakin bahwa yang saya perjuangkan adalah benar. Inilah jalan para Nabi. Iman saya justru semakin kuat. Ini bukan musibah, ini bukan penderitaan. Inilah nikmat Allah buat mengajarkan saya akan artinya iman. Baru sekarang saya merasakan manisnya iman. Baru sekarang saya merasakan indahnya hidup di bawah naungan Al Qur-an”.
Subhanallah. Teman-teman sekalian apapun penderitaan yang kita alami belum seberapa dengan yang dialami Sang Profesor. Tapi galau kita melebihi beliau.
Kita paling hanya diolok-olok. Kita paling hanya belum dapat jodoh. Kita paling hanya belum mendapat pekerjaan. Kita paling hanya miskin. Kita tidak disiksa dan dipaksa menkinggalkan keyakinan kita.
Lagipula yang kita sebut penderitaan belum tentu penderitaan bias jadi itu sebuah cara supaya kita semakin mendekatkan diri kepada Allah. Sebuah cara supaya kita makin kenceng sholat berjamaahnya. Makin kenceng tahajjudnya, Dhuha nya. Sedekahnya.
Wallahu A’lam Bish Shawab.
COMMENTS