Oleh: Isa Alamsyah Penulis buku No Excuse!, 101 Dosa Penulis Pemula, Humortivasi Dedi Padiku kecil belum pernah membaca buku No Excuse...
Oleh: Isa Alamsyah
Penulis buku No Excuse!, 101 Dosa Penulis Pemula, Humortivasi
Penulis buku No Excuse!, 101 Dosa Penulis Pemula, Humortivasi
Dedi Padiku kecil belum pernah membaca buku No Excuse!, akan tetapi nyaris semua perilakunya sudah menjalankan prinsip no excuse!
Di usia 7 tahun ayah Dedi menikah lagi dan memilih untuk pergi bersama istri mudanya ke kota lain.
Sang ibu akhirnya memilih untuk mengejar suaminya dengan membawa dua anak perempuannya, adik Dedi.
Tapi sang ibu meninggalkan Dedi, tanpa memberi tahu.
Ketika pergi (baca:kabur), Dedi sempat memergoki, tapi ibunya bahkan tidak menengok untuk mengatakan selamat tinggal. Justru adik kecilnya memberi lambaian tangan perpisahan, juga menangis.
Dedi hanya terpaku di depan pintu, menangis ditinggalkan.
Dedi kecil mengira mungkin ibunya akan kembali malam nanti.
Tapi malam berganti siang, hari berganti hari, tahun berganti tahun sang Ibu tak pernah kembali.
Sampai berpuluh tahun kemudian, hingga dewasa, Dedi tak pernah berjumpa kedua orang tuanya.
Sang ibu akhirnya memilih untuk mengejar suaminya dengan membawa dua anak perempuannya, adik Dedi.
Tapi sang ibu meninggalkan Dedi, tanpa memberi tahu.
Ketika pergi (baca:kabur), Dedi sempat memergoki, tapi ibunya bahkan tidak menengok untuk mengatakan selamat tinggal. Justru adik kecilnya memberi lambaian tangan perpisahan, juga menangis.
Dedi hanya terpaku di depan pintu, menangis ditinggalkan.
Dedi kecil mengira mungkin ibunya akan kembali malam nanti.
Tapi malam berganti siang, hari berganti hari, tahun berganti tahun sang Ibu tak pernah kembali.
Sampai berpuluh tahun kemudian, hingga dewasa, Dedi tak pernah berjumpa kedua orang tuanya.
Dedi bisa memilih merenung atau bersedih, tapi ia memilih membantu pamannya menjadi kenek angkot milik pamannya.
No Excuse!
Anak lain bisa bilang, saya kehilangan semangat hidup karena ditinggal orang tua.
Dedi memilih untuk membuat dirinya berharga ketika orang tua mengabaikannya.
No Excuse!
Anak lain bisa bilang, saya kehilangan semangat hidup karena ditinggal orang tua.
Dedi memilih untuk membuat dirinya berharga ketika orang tua mengabaikannya.
Setelah lama jadi kenek, Dedi kecil sadar kalau jadi kenek, masa depannya akan begitu-gitu saja.
Karena itu ia ingin menjadi supir.
Supaya bisa belajar menyetir, Dedi membantu supir mencuci mobil, membersihkan bagian dalam mobil, menyediakan kopi atau teh.
Melakukan apa saja untuk membantu sopir.
Karena Dedi banyak membantu akhirnya ia diajari nyetir oleh sopir sehingga di usia SMP sudah bisa nyetir angkot sendiri.
No Excuse!
Dedi bisa bilang, tolong ajar aku nyetir! Aku kan anak pamanku pemilik mobil ini!
Tapi ia memilih tidak menggunakan pendekatan nepotisme melainkan pendekatan humanisme.
Karena itu ia ingin menjadi supir.
Supaya bisa belajar menyetir, Dedi membantu supir mencuci mobil, membersihkan bagian dalam mobil, menyediakan kopi atau teh.
Melakukan apa saja untuk membantu sopir.
Karena Dedi banyak membantu akhirnya ia diajari nyetir oleh sopir sehingga di usia SMP sudah bisa nyetir angkot sendiri.
No Excuse!
Dedi bisa bilang, tolong ajar aku nyetir! Aku kan anak pamanku pemilik mobil ini!
Tapi ia memilih tidak menggunakan pendekatan nepotisme melainkan pendekatan humanisme.
Dedi punya tetangga, Bang Syam.
tetangganya tersebut punya parabola sehingga bisa menangkap siaran luar negeri.
Bang Syam sukanya nonton olah raga, sedangkan Dedi sukanya nonton disccovery channel (mungkin kangen keluarga ya, Ded).
No Excuse!
Dedi fokus pada tujuan.
Ia mau nonton discovery channel, padahal yang punya televisi sukanya nonton olah raga.
Apa yang Dedi lakukan?
Setiap kali Dedi mampir, ia memijat kaki dan punggung Bang Syam.
Lalu ketika bang Syam terkantuk-kantuk, Dedi mijat kepalanya hingga tertidur pulas.
Ketika Bang Syam pulas tertidur, Dedi langsung ganti channel ke discovery channel dan menonton puas.
Jangan bayangkan ganti channel seperti kita klik remote kontrol.
Karena ini parabola lama, Dedi setelah memijat sampai orangnya pulas, harus naik ke genteng, memutar parabola dulu, baru bisa nonton discovery channel.
Kalau Bang Syam bangun, dia harus naik genteng lagi mengembalikan ke saluran olah raga.
tetangganya tersebut punya parabola sehingga bisa menangkap siaran luar negeri.
Bang Syam sukanya nonton olah raga, sedangkan Dedi sukanya nonton disccovery channel (mungkin kangen keluarga ya, Ded).
No Excuse!
Dedi fokus pada tujuan.
Ia mau nonton discovery channel, padahal yang punya televisi sukanya nonton olah raga.
Apa yang Dedi lakukan?
Setiap kali Dedi mampir, ia memijat kaki dan punggung Bang Syam.
Lalu ketika bang Syam terkantuk-kantuk, Dedi mijat kepalanya hingga tertidur pulas.
Ketika Bang Syam pulas tertidur, Dedi langsung ganti channel ke discovery channel dan menonton puas.
Jangan bayangkan ganti channel seperti kita klik remote kontrol.
Karena ini parabola lama, Dedi setelah memijat sampai orangnya pulas, harus naik ke genteng, memutar parabola dulu, baru bisa nonton discovery channel.
Kalau Bang Syam bangun, dia harus naik genteng lagi mengembalikan ke saluran olah raga.
Beberapa contoh di atas kelihatannya sederhana, tapi itu semua cikal bakal kenapa akhirnya Dedi terus berusaha mengejar impiannya menerbitkan buku dan berhasil.
Dedi sudah punya karakter fokus pada impian atau apa yang diinginkan, lalu berpikir - apa yang bisa dilakukan untuk mencapainya, dengan apapun yang ada.
Dedi sudah punya karakter fokus pada impian atau apa yang diinginkan, lalu berpikir - apa yang bisa dilakukan untuk mencapainya, dengan apapun yang ada.
Dedi dulu tidak membaca buku No Excuse! tapi prinsip no excuse sudah dijalankan.
Ini tidak aneh karena justru buku No Excuse ditulis setelah saya membaca kisah sukses begitu banyak orang.
Ternyata semua orang sukses punya prinsip sama. No Excuse!
Mereka tidak berhenti pada Mereka tidak mencari alasan untuk berhenti, tapi sebaliknya berhenti mencari alasan.
Sebaliknya, pecundang perinsipnya sama, selalu cari alasan, atau dalih atau pembenaran atas semua kegagalan.
Ini tidak aneh karena justru buku No Excuse ditulis setelah saya membaca kisah sukses begitu banyak orang.
Ternyata semua orang sukses punya prinsip sama. No Excuse!
Mereka tidak berhenti pada Mereka tidak mencari alasan untuk berhenti, tapi sebaliknya berhenti mencari alasan.
Sebaliknya, pecundang perinsipnya sama, selalu cari alasan, atau dalih atau pembenaran atas semua kegagalan.
Orang sukses tidak bilang karena miskin saya tidak sukses tapi mencari jalan apa yang aku harus lakukan untuk sukses sekalipun aku miskin.
Orang sukses tidak bilang karena tidak berbakat aku tidak bisa berhasil, tapi justru mencari cara, apa yang aku harus lakukan untuk sukses di satu bidang sekalipun aku tidak berbakat di bidang tersebut.
Orang sukses tidak bilang karena tidak berbakat aku tidak bisa berhasil, tapi justru mencari cara, apa yang aku harus lakukan untuk sukses di satu bidang sekalipun aku tidak berbakat di bidang tersebut.
Orang sukses fokus pada tujuan can cara mencapainya dengan apa yang ada, bukan fokus hambatan dan kenapa tidak bisa mencapainya.
Orang sukses fokus pada potensi yang ada, bukan mengeluh pada yang tidak ada.
Orang sukses fokus pada potensi yang ada, bukan mengeluh pada yang tidak ada.
Karena prinsip no excuse ini juga akhirnya dedi padiku, lulusan SMK (STM) otomotif yang tidak tahu tata bahasa, bisa menulis bukunya, terbit dan insya Allah difilmkan.
Next, akan saya ceritakan betapa buruknya pengetahuan tata bahasa Dedi Padiku.
Semoga sukses terus, ya Ded.
https://www.facebook.com/groups/KomunitasBisaMenulis/permalink/980174752044416/
COMMENTS